Aku mengemasinya satu persatu, menatanya rapi dalam sebuah kotak berwarna ungu dan menyisakan sebuah catatan kecil di sebelah telepon genggamku.
Melewati Senin ini, dan menyiapkan langkah untuk menapaki selasa, rabu, kamis dan jumat yang akan membawamu datang kesini. Sementara saja, tapi aku membutuhkannya untuk mengikat kembali atom-atom yang mulai melemah dan membutuhkan energi dari nukleusnya.
Dan nanti, jika kau tiba, tolong isi kembali pundi-pundi yang tadi kusimpan, didepannya telah kutulis dengan tinta warna biru, warna kesukaanmu, dengan huruf miring dan tebal-tebal sedikit acak-acakan karena aku terlalu bersemangat menyambutmu datang.
Isilah senyummu, cintamu, padangan matamu, cibiranmu, omelanmu dan juga pelukan hangat yang selalu bisa membuat dunia yang bergetar hebat ini mereda dalam sekejab.Telepon ini akan selalu menunggumu, seperti bel rumah yang juga selalu menunggu jejak jemarimu, dan akhirnya diriku yang selalu menikmati detik demi detik kembalimu padaku.
Aku merinduimu, serupa ombak yang mendamba garis pantai, sekuat angin yang meniup hujan agar tetesnya menemui ladang gersang, semerah api yang bertemu oksigen dalam nyalanya, dan senestapa hamba berdosa yang memimpikan nirwana.
503 kilometer darimu, Aku rindu …..
*gambar dari canonphotos.com
2:44 AM |
Category:
prosa
|
10
comments