Untunglah Allah cuma nitip satu mulut saja pada tiap kepala, gimana kalo dua? di depan dan belakang kepala? mungkin perang dunia sudah berlangsung selama 7 kali yaa... Nyambung ga sih intronya? Saya kuliah dan kerja di lingkungan yang didominasi kamu laki-laki, jadi kira-kira sejak umur 20-an saya sudah terbiasa berinteraksi dengan yang namanya makhluk Tuhan yang dinamai Pria. Lelaki kalau bercanda identik sama ngomong jorok? ga juga. Selama saya kuliah dan kerja jarang sekali mereka bercanda vulgar di depan saya, bisa dihitung dengan jari bahkan, dan lebih bersyukurnya lagi mereka bisa menjaga diri mereka sendiri, kalau bercanda di depan umum atau di depan perempuan baik temannya atau bukan. Thanks God :)

Sampai pada suatu titik, saya disenggolkan sama Allah dengan dunia yang
benar-benar beda, saya menyebutnya dunia lain (sampai sekarang kadang saya bertanya mengapa saya harus bersinggungan sama dunia itu )Ada sekumpulan orang dari sebagian komunitas yang ga laki ga perempuan ngomongnya ga jauh-jauh dari tema jorok, dari tema apapun kalau sudah ketemu sama bagian ini jadi ga jelas sambungannya, dan ini bukan cuma sekali dua kali tapi sering banget bahkan intensitasnya bisa di prediksi dengan tepat! (saking emosinya bahasa ku tiba-tiba jadi agak intelek ya...)
Luput-luputnya ngomong jorok, pasang photo abnormal (dan yang masang oknum yang dipoto itu sendiri duhh) lalu pura-pura jadi psk alesannya buat lucu-lucuan plissss sadar ga?? banyak banget dari PSK beneran tiap detik meratapi nasibnya dan pengen mencari kehidupan lebih baik :(
Kenapa nasib buruk orang dijadikan mainan???
Sampai pada satu titik jenuh, saya hapus saja biangnya dari frendlist web sosial
saya, daripada nambah dosa saya gara-gara gedheg liat kelakuannya. Yang lebih aneh lagi, alesan dari semua itu katanya untuk meningkatkan energi positif, dari hongkong!!!!! mana ada energi positif dari ngomong jorok??!!! Hadudududu jauh-jauh deh saya.
Saya masih belajar untuk jadi orang baik, hamba Tuhan yang baik, saya masih
belajar untuk mensyukuri nikmat Tuhan yang tiada tara, saya bukan orang yang sangat pintar, bukan orang kaya saya, bukan orang yang tahu aturan pergaulan kaum terhormat, saya cuma mikir pake logika pernah ga terlintas sebentar di otak, pas lagi ngomong jorok, tiba-tiba Tuhan menghentikan nafasnya, betapa ruginya kata-kata untuk menutup hidupnya kok temanya sia-sia. Nabi saja, yang terjaga amalannya, tiap detik masih bertasbih, agar mulutnya terbiasa mengucapkan pujian-pujian pada Allah. La terus kalau tiap hari bibir terbiasa ngomong jorok? nauudzubillah hi mindzalik..

ada waktu, ketika sopan santun, norma susila, tata krama, dan rasa malu menjadi
mahal harganya.

Comments (0)