Dari tadi pagi rasanya pikiran saya kok cuma di penuhi oleh semangkuk soto bening, segelas teh manis hangat, sepiring iso babat, ati ampela ayam dan setusuk sate telur puyuh dengan warna coklat transparan yang menggoda.
Dengan ruap uapnya yang menggoda syaraf-syaraf hidung untuk mengirimkan sinyal di lambung yang menggoda sel-sel otak saya menyimpulkan satu kata "LAPAR"...:D


Akhirnya saya bergegas ke kantin dengan menculik teman saya. Tapi dasar lagi apes, rupa-rupanya si ibu malas berangkat pagi jumat ini, walhasil saya akhirnya selingkuh ke menu lain daripada perut saya melakukan tindakan yang anarkis dengan menggerus dinding lambung saya dengan asamnya yang mengerikan.


Selintas lalu, ingat saya masih membayangkan semangkuk soto tadi di pikiran saya, tapi di solo, lalu menciut di kampung kecil, di ujung perbatasan kabupaten dengan kota solo. Kampung saya tercinta, yang jalannya agak berliku-liku, yang baru mengenal listrik dalam hitungan puluhan tahun, yang semakin berkembang sejak ada jembatan yang kokoh membentang di atas sungai terusan bengawan solo.

Di kampung saya ada tukang soto yang sudah beroperasi turun temurun...haduuh kok jadi berasa usaha dagang bahan bangunan sih ;P
Namanya mbah Babon, karena beliau terkenal galak bukan main, tapi SOTOnya mak nyuss, dengan gorengan isonya yang gurih dan lezat. Setiap pagi dari tukang bangun rumah sampe pak Lurah semua ngumpul di warung soto mbah Babon, selain makan semangkuk dua mangkuk soto untuk menganjal perut di pagi hari, di warung itu juga ajang nyari massa kalau ada pemilihan perangkat desa.

Next, dari soto kampung saya, ingatan saya beralih ke ibu saya, dan juga puluhan orang-orang yang bermukim di kampung saya, yang menyebut SOTO dengan SAOTO, dengan pengucapan yang kental sekali dengan logat jawa, sungguh ngangeni. Jadi jangan bingung kalo berkunjung ke rumah saya, lalu ibu saya tercinta menawari makan dengan sayur SAOTO, ujudnya sama tapi rasanya saya tanggung lebih mantap karena ibu saya KOKI yang HEBAT :D and my husband says : "kamu mewarisinya"
Dilarang protessssss !!!! :))

Saya kangen sekali dengan ke "UDIK" an kampung saya, dengan istilah-istilah aneh di kampung saya, pernah sekali waktu mbokdhe (a.k.a budhe) saya menyebut magic jar dengan lafal mbejijer membuat saya tertawa terpingkal-pingkal sampai perut saya sakit, dan itu semua yang membuat saya dan sepupu-sepupu saya yang ditakdirkan merantau selalu merindukan mereka.

Pas saya habis lamaran, paginya saya juga jalan-jalan sama mr. Keriting pake motor Ijo punya adik saya sarapan soto Gading, masih diem-dieman, masih deg-degan, tapi tetep habis dua porsi berhubung lapar :P

Kalau ada orang bilang "kamu dari desa ya?"
dengan bangga bakal saya jawab "Iya"

sebangga
Jenifer Lopez yang tumbuh besar di kota kumuh Brooklyn
sebangga
Vivaldi yang memancarkan bakat ajaibnya dari sebuah desa miskin di Venice
sebangga
Pak SBY dari Pacitan hihihi ga ada tendesi politis apapun yaaa :P

Dari desa, dari kota, dari kawasan elit dari pinggiran, semua bisa menemukan nasib yang lebih baik, tergantung bagaimana usahanya.

*ps : judul sama isinya nyambung ga seehhh??? cuek aah namanya juga orang lagi laper :P

Comments (0)