*hati –hati ini bukan resensi*
Sudah pada nonton Prince of Persia? Pasti sudah!
Dan memang sepertinya saya termasuk kloter terakhir, tapi lumayanlah, tadi malam kursi masih terisi penuh, masih berasa nonton box office biar agak telat.
Over all filmnya bagus, efek-efeknya detail dan menggoda, walaupun – lagi-lagi-  mengangkat tema tentang armageddon (kiamat) tapi dengan balutan dongeng kerajaan menjadikan Prince of Persia terasa lebih fiksi dibanding tema-tema sejenis yang biasanya dipenuhi dengan data-data analaisis yang membuat puyeng kepala.
Itu pendapat saya, penonton kaffah tanpa ada kemampuan menjadi kritikus tentang sinema.
Berbicara tentang ketamakan manusia, saya suka sekali pertanyaan yang serupa pernyataan yang diucapkan Dasta (Jake Gyllenhaal) kepada Nizam (Gisli Orn Gardarson) menjelang ajalnya?
“mengapa?”
“kamu sudah memiliki cinta, keluarga dan kehormatan”
“apakah itu belum cukup untukmu?” manusia, selalu saja merasa tidak pernah cukup, aah saya sok serius hehe.
Film hollywood selalu bisa menyisipkan adegan roman yang menawan di balik dar der dor dan gemerincing pedang yang beradu. Saya suka sekali ketika putri Tamina (untung bukan Tamiya , itu kan mainan mobil-mobilan jaman saya kecil) berkata :
“Tuan Dastan yang terhormat, apa kiranya yang akan dikatakan penduduk persia ketika Tuan meninggalkan seorang wanita di tempat antah berantah”
Ahaaa, wanita selalu bisa menjadikan kelemahannya sebagai senjata.
Adegan favorit saya, ketika Dastan meloncat dari jendela di Istana Alamutz dengan rambut terurai berkibar tersibak-sibak angin yang bertiup, aw aw aw…gambaran sempurna cowok badung yang bisa membuat hati gadis-gadis tiba-tiba meleleh. Halaaah.
Ternyata oh ternyata Prince od Persia banyak dibintangi oleh binatang melata yang bernama ular, yang membuat “teman nonton” saya berulang kali begidik dan memejamkan mata. Saya berasa jadi pemegang kekuasaan malam itu, dalam kondisi biasa, “teman nonton” saya ini yang biasanya memberi komando kapan mata saya aman dibuka. Waah serasa jadi jagoan saya, Princess of Pancoran, alaa mulai lebay deh.
Bagi yang sudah nonton, gimana pendapatnya? Atau mau bikin “resensi” yang lebih beres dari ini?
Bagi yang belum nonton, boleh dicoba, ga rugi kok.
Bagi yang bertanya siapa “teman  nonton” saya, pasti sudah bisa nebak, perempuan, masih dibawah satu tahun umur pernikahannya, nonton film malam minggu sama siapa? Bisa sama tetangga bisa sama siapa aja, namanya juga nebak.
Setidaknya feeling saya benar, kalau di awal film sudah didahului kalimat
“Konon jaman dahulu kala, di negeri nun jauh disana…”
Pasti happy ending seperti yang saya mau, terimakasih walt disney :D

Comments (0)