Saya dan suami lagi suka nonton sinetron sore jam 7 di sebuah stasiun Televisi swasta, judulnya Islam KTP.  Pertama kali sih ga sengaja waktu nonton pertama kali, eeh karena ceritanya bagus alhasil keterusanlah kami:D

Alur ceritanya lucu, tapi mengandung pesan agama yang tersampaikan dengan ringan dan tidak memaksa. Saya sendiri, jadi sering merasa kesindir saat sedang menonton, pun demikian karena penjabarannya dalam cerita dibuat sedemikian ringan dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, rasanya makna yang disampaikan jadi lebih mudah saya pahami.


hai hai...
Ini sebenarnya postingan telat lagih...duhhh
Dulu jaman saya masih kinyis-kinyis sebagai penganten baru, karena belas kasih seseorang hehe, akhirnya sampailah di pantai anyer nan permai. Dan alhamdulillah nginep di tempat yang sampai sekarang masih saya pooling sebagai tempat terajib dari gratisan - gratisan yang pernah saya rasakan.

Anyer, sebuah pantai yang membentang di daerah Banten. Dari Jakarta, jika lancar membutuhkan waktu sekitar 5-6 jam (eeh kalau ga salah ya, soalnya hampir separuh waktu di jalan saya tidur hehe).
Saya berangkat hari jumat pagi, sampai disana sore hari karena harus sholat jumat dulu di jalan.Karena libur panjang, hotel yang kami tempati (Solu Elite Marbella) penuh sesak sama manusia, besar, kecil, tua muda tuplek blek disana.



Teman saya        : “yuk, lu sibuk ga? Gue mau ngobrol nih”
Saya                    : “belon..sok atuh”
Temen saya        :” adik gue mens untuk pertama kalinya gue bingung, what should I do?”
Saya                    : “beliin pembalut”
Temen saya        : “asem lu”

Kemarin sore menjelang malam, saya pulang dengan angkutan umum jurusan pasar minggu - kampung melayu yang biasa saya tumpangi.
Angkot cuma berisi 4 orang, 2 ibu-ibu, satu mbak-mbak manis dengan blazer abu-abu yaitu saya :D dan juga satu orang anak SMA dengan lagi-lagi celana aneh. Angkot pun membelah jalanan Jakarta dengan yak-yak an mungkin supirnya kebelet ke belakang kali yaa.

Sampai di depan kompleks pertanian, dua orang penumpang turun, jadilah tinggal bertiga termasuk pak sopir yang menyerahkan hidupnya kepada angkot yang masih saja berjalan tak keruan itu. Memasuki jalan di samping Taman Makam Kalibata, jalanan mulai macet dan akhirnya berhenti sesaat di antrian lampumerah Kalibata. 


Kemarin pulang kampung dan berkumpul dengan keluarga besar saya yang besar-besar:D
Diantara ponakan-ponakan saya, ada dua orang ponakan yang tengilnya ampun-ampunan, tapi tak ayal malah membuat saya kangen kalau lama ga ketemu. Dua kakak beradik itu kesemuanya lelaki, wajahnya ganteng-ganteng dan umurnya juga tak terpaut jauh, si kakak 10 tahun dan si adek baru menginjak 4 tahun.
MySpacehaihaihai...saya akhirnya punya dapur baru :D buat menyalurkan naluri emak-emak saya, dan buat ngoleksi resep siapa tahu nanti sehabis pensiun saya bisa bukak warung makan katanya kan masakan saya enak .

Silahkan berkunjung yaa ke dapur saya yang baru, yukk mari ....
 


...Ketika cinta datang, aku mencatat setiap nyaman yang kurasakan, bersamaan dengan degub ketakutan akan kehilangan, tapi dengan sedikit keberanian, akhirnya kuputuskan untuk meresapi setiap sudutnya, perlahan dan menatapnya lekat ketika dia mendekat....

Tegar membuka pintu kamarnya, menaruh lipatan sajadah dan kopiah di ujung tempat tidur lalu terduduk di kursi kayu yang menghadap ke jendela yang sedari tadi dibukanya lebar-lebar. Hawa dingin yang berkejaran masuk tak dihiraukannya, Tegar hanya ingin menatap puncak lawu yang subuh ini tertutup kabut.
Setengah jam sudah, Tegar hanya duduk bengong, sampai  suara ibunya membuyarkan kepingan-kepingan lamunan di kepalanya.

“Sarapan sana, hari ini katanya mau mulai tandur, jangan sampai telat, ndak enak sama pak Kusno”
Tegar mengayunkan langkah kakinya ke sawah di lereng gunung yang bertingkat-tingkat, hatinya seperti mengambang tak keruan, hari ini kang Parto tidak masuk, artinya hanya dia sendirian yang berada di ladang.
Dan lebih jauh lagi, nanti siang, hanya dia saja yang menemui Kinanthi, anak pak Karso, yang akan mengantarkan makan siang. Entah apa yang dirasakan pemuda lugu itu, antara kesenangan, penasaran yang menghentak-hentak, berselang-seling dengan rasa takut dan kekhawatiran yang tidak jelas juntrungannya.

Layaknya jejeran keramik yang disatukan oleh nat
mungkin seperti itulah persahabatan
tidak melampaui, tidak meninggalkan
tapi berada dekat jika ingin bertemu


selamat berbahagia semua :D