(postingan Telat :D)
26 juni 2010

Untuk sebuah pertemuan yang telah direncanakan begitu indah oleh Tuhan, untuk ketidaksengajaan-ketidaksengajaan yang telah terangkai begitu manis, untuk sebuah kisah cinta yang bermula dari sebuah tatapan mata di sebuah toko buku sore itu,

aku berterima kasih.

Saya dan Solo = yiayyyyiiii...another part of happy life

Iya, saya sudah membaui harumnya sate buntel yang dipanggang dan dihidangkan panas-panas dengan baluran kecap manis di dagingnya yang empuk matang, atau hangatnya wedang ronde yang menjalar dari ujung lidah hingga ke dalam rongga dada, meresap, mengusir dingin bagaikan dekapan seorang terkasih....lebaay to the max.
Setelah dihajar habis-habisan dan bertubi-tubi dengan pekerjaan yang tiada endingnya, rasanya reward ini pantas saya selipkan di akhir minggu sebelum minggu berikutnya dihajar lagi (hedeeeh).

Ternyata...
Pertandingan bola ada juga manfaatnya buat saya, selama nungguin si ayah yang lagi ga jelas mendukung siapa di pertandingan bola antara Perancis dengan Afsel (soalnya tiap ada yang gol teriak-teriak ples keplo-keplok ga jelas gitu), saya nih saya, orang yang sering kena serangan gaptek akut dan mendadak bisa bikin signature di postingan saya ahaaiii senangnyaa 
MySpace

lihat yaaa itu di bawah 
*pamer-pamer sambil jalan jinjit muter-muter*

Terinspirasi dari sebuah film Message in a bottle, dan sebuah arah utara yang sangat disukai teman saya, jaman dahulu kala, yang sama sekali ga mirip kevin costner, suer…kalo ada yang bilang mirip itu fitnah, yang sangat keji.
Mari dimulai…
Cinta memang bukan secangkir kopi (ah ini juga minuman kesukaan temen saya itu tadi) diteruskan…
Cinta memang bukan secangkir kopi, tapi jika aromanya telah habis meruap, nikmatnya telah habis tersesap, tinggalah pait yang serupa ampas menyisa di dasar cangkir.

Sekarang saatnya menjadi kakak yang baik…MySpace
Tante saya nelpon,
“itu adikmu bilangin dong, tiap hari ganti-ganti in relation ship with, udah kayak minum obat saja, heran anak sekarang semua dibikin gampang ga pake dipikir”
“waduuh nte, saya kan juga anak sekarang, saya masih sering mikir lho”
“aah ga nyambung, ini adikmu, kamu kan udah nikah ngapain tante urusin”
“weekss”
Telpon ditutup, saya masih mikir, (tuuu kan anak sekarang masih pake mikir).


Seragam blazer warna biru donker, dengan lapis baju putih di dalamnya, jilbab senada, tas dan sepatu yang ga kalah macthing warnanya.

Dengan langkah yang super Pe-De, berjalan menuju lobby utama kantor saya, bak peragawati yang lagi berlenggang lenggok di catwalk. Tangan kanan menjinjing tas tangan dengan manis, tangan kiri berayun seirama gerak langkah kaki yang bersepatu baru dengan hak tinggi yang menggoda.
Pokoknya, saya tampil perfect!



“Kidang...talung
duwe anak.... talung
mil ketemil .... mil ketemil
si kidang mangan lembayung”
Itu sebait lagu jaman saya dulu kecil, yang sering dinyanyikan mbah kakung kalau saya liburan ke desa.

Kalau saya memakai baju seragam, sehari saja, sesudah itu harus dicuci, ga enak rasanya, esok hari memakai baju yang sama, bau keringat, nanti apa kata teman-teman di kantor?

Begitu juga dengan tas, kaus kaki, sepatu, semua harus bersih kan? coba kalau saja sepatu yang dipakai ada kotornya sedikit, pasti sudah berasa ga pe-de, nanti apa kata orang-orang yang lihat.


free music downloads | music videos | pictures


aku suka caramu membuatku tersenyum saat hariku kelabu
aku suka caramu tertawa riang saat kau datang menyambutku
aku suka semua perhatianmu
aku suka caramu menjaga diriku
aku suka semuanya tentangmu



*hati –hati ini bukan resensi*
Sudah pada nonton Prince of Persia? Pasti sudah!
Dan memang sepertinya saya termasuk kloter terakhir, tapi lumayanlah, tadi malam kursi masih terisi penuh, masih berasa nonton box office biar agak telat.
“Waaa…hujan!!!” saya berlari-lari kecil sambil menutupi kepala saya dengan map plastik yang tadi saya tenteng. Buru-buru saya buka pintu pagar, merogoh kunci dengan cekatan di tas saya dan membuka pintu depan rumah mungil saya. Belum lagi saya masuk, seorang pemuda kira-kira sepantar dengan saya, berjalan tergesa menggandeng seorang anak kecil.




Guling menurut kamus artinya bantal yang bentuknya bulat panjang.

Guling itu berjasa buat saya, dulu jamannya saya masih lajang, saya itu tipe perempuan yang harus tidur sorangan wae alias tidak nyaman berada dalam satu kasur berdua dengan orang lain atau barang lain termasuk bantal dan guling. Saya hanya membutuhkan kasur dan selembar selimut.


Saya lagi ngumpul sama sahabat-sahabat saya yang aneh-aneh. Kenapa saya bilang aneh? Entahlah, mungkin feeling mungkin juga pembelaan diri daripada saya dibilang aneh duluan, haha. Ketika saya bilang mereka aneh, memang benar justru mereka yang buru-buru menuding saya aneh.

Kata mereka saya aneh karena :
  1. Saya suka sekali nanya sama mas/mbak waitres “mbak kok beda sama gambarnya?” begitu pesanan saya  datang.
  2. Saya sering sekali memakai kaus kaki yang beda warna.
  3. Saya makan banyak tapi ga bisa gemuk.

Tiba-tiba pandangan mata saya mengabur, otak saya berpikir cepat, ada apa ini,
"Kelaparan?"
"Aaah saya barusan menghabiskan seporsi bebek bakar, sotomie dan es cincau"
"Keracunan?"
"Waduuh bisa jadi, tapi saya biasa makan di tempat itu dan selama ini fine-fine saja"

Tiba-tiba gelap...dan sepi....*mirip lirik lagu dealova-nya once*

Saya sama suami lagi baca bukunya Pidi Baiq, edisi Drunken Monster.

Di halaman awal ada sebuah catatan penghantar dari Prof. Dr. Bambang Sugiharto.
"Ketika Thomas Hobbes bilang bahwa pada dasarnya manusia itu serigala bagi manusia lainya, buku ini menunjukkan kebalikannya, bahwa pada dasarnya - pada tingkat reaksi paling primer dan paling spontan - disposisi manusia itu baik adanya."
itu sebagian nukilannya yang menggelitik saya untuk mencoba,