Aku mengemasinya satu persatu, menatanya rapi dalam sebuah kotak berwarna ungu dan menyisakan sebuah catatan kecil di sebelah telepon genggamku.

Melewati Senin ini, dan menyiapkan langkah untuk menapaki selasa, rabu, kamis dan jumat yang akan membawamu datang kesini. Sementara saja, tapi aku membutuhkannya untuk mengikat kembali atom-atom yang mulai melemah dan membutuhkan energi dari nukleusnya.

Dan nanti, jika kau tiba, tolong isi kembali pundi-pundi yang tadi kusimpan, didepannya telah kutulis dengan tinta warna biru, warna kesukaanmu, dengan huruf miring dan tebal-tebal sedikit acak-acakan karena aku terlalu bersemangat menyambutmu datang.

Isilah senyummu, cintamu, padangan matamu, cibiranmu, omelanmu dan juga pelukan hangat yang selalu bisa membuat dunia yang bergetar hebat ini mereda dalam sekejab.Telepon ini akan selalu menunggumu, seperti bel rumah yang juga selalu menunggu jejak jemarimu, dan akhirnya diriku yang selalu menikmati detik demi detik kembalimu padaku.
Aku merinduimu, serupa ombak yang mendamba garis pantai, sekuat angin yang meniup hujan agar tetesnya menemui ladang gersang, semerah api yang bertemu oksigen dalam nyalanya, dan senestapa hamba berdosa yang memimpikan nirwana.
503 kilometer darimu, Aku rindu …..

*gambar dari canonphotos.com

Nyi Iteung melipat pakaian – pakaian yang sedianya akan dibawa suaminya ke kota, Kabayan terpilih menjadi petani terbaik sekabupaten dan memperoleh penghargaan dalam rangka mengenalkan pertanian organik ke masyarakat di desanya.
“Akang mau bawa pakean sabaraha?  perlu bawa jas henteu? éh pan akang henteu boga jas enya ? “ seloroh si Iteung sambil terus melipat. Si Kabayan duduk bersila di atas bale bambu, sambil mengipasi ubi goreng yang baru diangkat Ambu dari penggorengan.
“Nyi Iteung bener ga mau ikut? Urang pan bisa sekalian jalan-jalan di kota ..” Nyi Iteung menggeleng.
“Henteu ah kang, saya mah éra engké di ditu daék keur naon, saya pan bodoh ga ngerti nanaon
Judulnya sangar, ini pasti gara-gara tender-tender berbahasa "Engress" yang tersebar berantakan di meja saya :v 

15 Desember 2010
Percakapan dengan si Ayah yang sedang bertugas di kota M *berasa baca buku detektif*
Saya : nanti handphone e*ia-nya jangan dimatiin ya ...
Ayah : emang kenapa gitu ?
Saya : Kan besok ayah ulang tahun aku mau telpon *senyum sok perhatian*
Ayah : Yeeee .... kan masih besoknya lagi, aku lahir tanggal berapa coba?
Saya : :f
Mas Parto lagi ngobrol sama Semi di teras rumah, dua orang kakak beradik itu sedang curhat terselubung. Semi muring-muring saja beberapa hari terakhir ini, bukan karena lagi PMS sehingga Semi muring-muring. Tapi sepertinya semi sudah sangat tidak bisa menahan keriwilan beberapa pihak yang sepertinya ga ada kerjaan ngurusi orang lain.



Matahari sudah terlalu tinggi, sinarnya menerobos masuk melalui sela-sela tirai yang kemarin malam sengaja kubuka. 

Bangun sayang … sudah siang” suara baritonmu membuat kelopak mataku membuka, tapi rasanya enggan bergeser dari rengkuhan lenganmu yang selalu menentramkanku. Membaui harum tubuhmu di waktu aku terjaga itu seperti candu.

Matahari dan jam dinding yang berdetak itu tidak terlalu penting untuk mengukur waktu lagi sekarang, bersamamu membuat waktu nyaris kubunuh paksa. Saling menikmati detak jantung yang memburu, membuat semua yang ada selain kita adalah kosong dan tidak penting. Apapun yang kamu lakukan mampu membuatku tergila-gila, bahkan hanya dengan sedikit sentuhan dan tatap mata yang selalu menghanyutkanku itu kamu adalah orang yang paling berhak untuk membuatku selalu menurut dengan keputusanmu, pun untuk hal  menyangkut diriku sendiri.


Saya memang tidak piawai bikin judul ya, biarin ahh …..

Hari kemarin, saya curhat – curhatan dengan sahabat saya via yahoo mesengger. Pengennya sih ketemu langsung, tapi berhubung kami berdua sibuk banget syuting stripping *sok artis* :$ akhirnya kentjan buta tengah malam dilakukan dengan bantuan internet.



Temen                : Gue ketemu cowok
Saya                   : Cakep???
Temen                : Pastinyaaa ….
Saya                   : Mau ga ama lu?
Temen                : Siyal ….
Percakapan berlanjut
Temen               : Tapi gue sama dia banyak banget bedanya, dari hobby, selera makan, sampai  warna kesukaan ga ada yang sama.
Saya                   : Jenis kelamin beda juga dongggg????
Temen                : Monyong!
Saya                   : La terus …masalah gitu?

Kue Pukis dan Pizza
Saya jadi ingat sama si Ayah. Kalo ditanya bedanya, saya sama si Ayah itu ibarat kue pukis sama pizza, kalau ditulis daftarnya bisa sepanjang kertas kuitansi wartel. Soal selera makan, si Ayah paling bentji sama cabe, sedangkan saya kalau masakan tidak memakai cabe itu ibarat Lalia tanpa Majnun hambar dan kesepian *lebay alert*  ;)


He says :
Sabar sayang
Ikhlas
Kita cuma dikasi cobaan kecil
Cuma disuruh nunggu bentar lagi
Cuma diuji keikhlasannya

Marriage may be made in heaven, but the maintenance must be done on earth and you are the best one to do this 

I love you without reason and that is reason enough :L