Deretan gerbong kereta yang mulai bergerak perlahan membawaku pulang. Roda-roda besi itu mulai saling berciuman, dengan sebatang baja yang kaku terdiam, merayap inchi demi inchi jarak yang membentang, meninggalkan jejak kerinduan pada setiap kecupan.

Kusibakkan gorden lusuh penutup jendela, bau menyeruak sengak, inilah naga besi yang dikatakan kelas mumpuni, bertarif mahal dan bertaruh emosi ketika antri. Ah … persetan, hal paling penting saat ini menujumu kembali.



Bibir saya berdarah, sudah  dua hari ini bibir bagian bawah saya pecah-pecah dan menjedol *bahasa apa pula ini :o * ya pokoknya berukuran  melebihi dari biasanya. Gara-garanya saya ndak tau pasti, dugaan awal sih karena udang jerbung yang beberapa hari yang lalu tertelan. 

Sebenarnya sih, ini murni bukan salah si udang. Beberapa minggu terakhir saya merasa kurang mengkonsumsi vitamin C dan buah. Kemarin sempat merasa mau sariawan, tapi setelah saya minum jus jeruk sama jus tomat hampir setiap hari, sariawannya tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas yang meningkat.

Karena kondisi bibir yang tidak chic untuk berbicara bahkan nyuitin Nicholas Saputra *dilempar mendoan* :~ , beberapa hari ini saya lebih banyak diam dan mendengarkan teman-teman saya ngobrol atau cela-celaan, walaupun jujur hati saya merasa nestapa karena beberapa kali hanya bisa membalas celaan mereka dengan senyum manis menahan perih ... lebay deh.
Hari selasa kemarin, saya seharian dari jam 7 sampai dengan jam 9 malam tidak menyentuh handphone sama sekali. Bukan … bukan lagi berantem,  bukan juga karena pulsanya habis tapi karena handphone saya ketinggalan di kasur.

Jam 12 siang bersama beberapa orang  teman kantor, saya menuju ke tempat proyek yang baru untuk memenuhi undangan tender.  Di bilangan Jakarta Selatan, dengan lokasi yang lumayan manusiawi, alhasil baju dan sepatu saya masih layak pakai untuk ke acara selanjutnya. Setelah beberapa sesi basa basi dan pengenalan selesai, kamipun beranjak pergi, menuju tempat yang relevan untuk mengisi perut karena ternyata jarum jam sudah nangkring di angka 3 dan kami kelaparan 

Selesai makan, pak sopir kantor berbaik hati mengantarkan saya ke titik perhentian selanjutnya, yaitu di sebuah rumah berobat di bilangan menteng Jakarta pusat. 



Sebenarnya  pengalaman pertama saya nonton Junior  Master Chef setiap senin malam di Starworld itu diawali dari sebuah insiden remote televisi yang kepencet, waktu itu saya sedang menonton acara film di salah satu stasiun televisi, alih-alih mengembalikan ke acara pertama, saya malah melanjutkan menonton acara masak – memasak itu sampai habis, dan bahkan ketagihan di episode-episode berikutnya.

Semakin kagum dengan skill dan kemampuan dari anak – anak ajaib tersebut, sayapun mulai browsing di internet, dan menemukan official web mereka di sini, lalu membaca satu demi satu profil dari master chef – masterchef tersebut. Dan hasilnya, makin kagum, sungguh. :D


Selamat malam masa lalu …

Aku datang kepadamu, sengaja menghampirimu, menyapamu terlebih dahulu, bahkan ketika kedua tanganmu masih rapi tersembunyi di balik saku mantel tebalmu.
Barusan saya mengantar suami kembali ke medan laga *apaan sih* :f , liburan usai sudah, saatnya kembali ke rutinitas masing-masing termasuk berpisah kota untuk sementara.

Tahun 2010, tahun yang penuh warna bagi saya :D Warna yang lengkap dari abu-abu, merah, ungu, hijau, pink, lengkap .. lebih lengkap dari cat warna merk guitar yang dulu sering saya beli untuk mencoret-coret buku gambar yang dibelikan bapak saya setiap kali pulang dari dinas luar kota.